Street Food, Cita Rasa yang Merakyat
Di setiap kota besar di dunia, ada satu hal yang hampir selalu bisa ditemui: street food. Dari Tokyo dengan takoyaki, Bangkok dengan pad thai, hingga Istanbul dengan simit dan kebab. Namun, ada satu ikon street food yang berhasil melampaui batas geografis dan budaya—shawarma.
Shawarma bukan sekadar makanan; ia adalah sebuah perjalanan kuliner yang lahir dari Timur Tengah, menyebar ke Eropa, Amerika, hingga Asia. Disajikan di pinggir jalan dengan aroma rempah yang memikat, shawarma menjadi representasi bagaimana makanan bisa menyatukan orang dari berbagai latar belakang.
Artikel ini akan membawa kita menyusuri dunia shawarma: dari sejarahnya, cara membuatnya, ragam variasinya, hingga mengapa street food ini bisa bertahan menjadi favorit lintas generasi.
Sejarah Singkat Shawarma: Dari Tanah Levant ke Jalanan Dunia

Asal-usul shawarma dapat ditelusuri ke wilayah Levant, mencakup Suriah, Lebanon, Palestina, dan Israel. Kata shawarma berasal dari bahasa Turki çevirme yang berarti “berputar,” merujuk pada cara memasak daging yang ditumpuk di besi vertikal lalu diputar di depan api atau pemanas.
Teknik ini diyakini berkembang dari metode memasak Ottoman pada abad ke-18 yang juga melahirkan variasi lain seperti döner kebab di Turki dan gyros di Yunani. Bedanya, shawarma lebih kaya akan rempah-rempah khas Timur Tengah seperti jintan, ketumbar, kapulaga, dan kayu manis.
Dari Timur Tengah, shawarma kemudian menyebar melalui migrasi, perdagangan, dan diaspora. Pada abad ke-20, restoran shawarma mulai bermunculan di Eropa dan Amerika Utara, dibawa oleh imigran. Kini, di kota-kota seperti New York, Paris, atau bahkan Jakarta, shawarma bukan lagi makanan asing, melainkan bagian dari tren kuliner global.
Resep Shawarma Ayam Street Style

Salah satu keistimewaan shawarma adalah fleksibilitas bahan. Ia bisa dibuat dari daging sapi, kambing, ayam, atau bahkan kalkun. Namun, versi ayam sering menjadi favorit karena lebih ringan dan mudah dimasak di rumah.
Bahan-Bahan Utama:
- 500 gram dada atau paha ayam tanpa tulang
- 3 sdm yogurt plain
- 2 sdm minyak zaitun
- 2 siung bawang putih, cincang halus
- 1 sdt jintan bubuk
- 1 sdt ketumbar bubuk
- 1/2 sdt kayu manis bubuk
- 1/2 sdt paprika bubuk
- 1/2 sdt kunyit bubuk
- Garam dan merica secukupnya
- Jus setengah lemon
Cara Membuat:
- Campurkan semua bumbu dengan yogurt dan minyak zaitun. Aduk rata hingga menjadi marinasi.
- Masukkan ayam ke dalam marinasi, diamkan minimal 2 jam (lebih baik semalaman di kulkas).
- Panaskan wajan datar atau panggangan, masak ayam hingga matang dan sedikit gosong di pinggirnya.
- Iris tipis-tipis daging ayam yang sudah dipanggang.
- Sajikan dalam roti pita atau tortilla, tambahkan tomat, selada, bawang bombay, dan saus bawang putih.
Hasilnya adalah shawarma ala street food yang gurih, beraroma rempah, dan segar berkat sayuran serta sausnya.
Variasi Street Food Timur Tengah Lainnya
Shawarma hanyalah satu bagian dari kekayaan street food Timur Tengah. Ada banyak hidangan lain yang sering dijumpai berdampingan di kios-kios jalanan.
- Falafel
Bola goreng dari kacang arab atau buncis ini sering menjadi alternatif vegetarian bagi pecinta shawarma. Teksturnya renyah di luar, lembut di dalam, dengan cita rasa rempah yang kuat.

- Hummus
Saus atau olesan dari buncis yang dihaluskan dengan tahini, bawang putih, minyak zaitun, dan lemon. Biasanya disajikan bersama pita bread atau sebagai pelengkap shawarma.

- Kebab
Berbeda dengan shawarma, kebab biasanya berupa potongan daging yang ditusuk dan dipanggang di atas bara api.

- Pita Bread
Roti khas Timur Tengah yang menjadi “pembungkus” shawarma. Teksturnya lembut dan kenyal, cocok untuk menahan isian daging, sayur, dan saus.

- Tabbouleh
Salad segar dari bulgur, peterseli, tomat, dan lemon. Hidangan ini sering hadir sebagai pelengkap untuk menyeimbangkan sajian daging panggang yang berat.
:max_bytes(150000):strip_icc()/SES-classic-tabouli-salad-2217084-hero-A-3e21cd87c8d043e29760a95f5616ab64.jpg)
Street Food Experience: Dari Pasar ke Kota Dunia
Makan shawarma di jantung kota Beirut atau Damaskus adalah pengalaman yang berbeda dibanding menikmatinya di New York atau Jakarta. Di Timur Tengah, shawarma biasanya dijual dari kios kecil atau gerobak yang dipenuhi aroma rempah dan asap panggangan.
Di pasar-pasar tradisional, antrean orang dari berbagai kalangan berkumpul di depan penjual shawarma, menunggu giliran mereka. Daging yang berputar di besi vertikal dipotong tipis menggunakan pisau panjang, lalu dimasukkan ke roti pita hangat dengan tambahan sayur segar.
Sementara itu, di kota-kota dunia, shawarma menjadi bagian dari identitas multicultural. Di Berlin, misalnya, döner kebab dan shawarma adalah makanan favorit mahasiswa dan pekerja. Di Jakarta, shawarma sering hadir di festival kuliner atau gerai khusus yang menyasar kaum muda pecinta makanan kekinian.
Tips Membuat Shawarma Street Style di Rumah
Tidak semua orang punya mesin pemanggang shawarma yang besar. Namun, bukan berarti kamu tidak bisa membuatnya di dapur sendiri. Berikut beberapa tips:
- Gunakan Marinasi Lama
Semakin lama daging direndam bumbu, semakin dalam rasa yang dihasilkan. Idealnya 8–12 jam. - Panggang di Oven atau Wajan
Jika tidak ada alat vertikal, gunakan oven dengan mode grill atau panggang di wajan datar dengan api sedang. - Roti Hangat adalah Kunci
Selalu panaskan pita atau tortilla sebentar di wajan agar lebih lembut dan elastis. - Tambahkan Saus Bawang Putih atau Tahini
Saus adalah jiwa shawarma. Cobalah variasi seperti yogurt sauce, garlic sauce, atau saus pedas ala Levant. - Eksperimen dengan Sayuran
Selain tomat dan selada, tambahkan acar timun atau kol untuk memberi tekstur dan rasa segar.
Street Food, Lifestyle, dan Budaya Makan Bersama
Salah satu alasan shawarma begitu dicintai adalah karena ia bukan hanya soal rasa, tetapi juga pengalaman sosial. Di banyak kota Timur Tengah, makan shawarma sering dilakukan bersama teman atau keluarga, bahkan sambil berdiri di trotoar.
Budaya street food juga mencerminkan keterbukaan. Dengan harga terjangkau, siapa pun bisa menikmatinya—dari pekerja kantoran hingga mahasiswa. Inilah yang membuat shawarma menjadi makanan rakyat, bukan sekadar hidangan restoran.
Di era modern, shawarma juga bertransformasi mengikuti tren gaya hidup sehat. Banyak penjual kini menawarkan shawarma versi grilled dengan lebih sedikit minyak, atau bahkan menggunakan bahan vegetarian seperti jamur atau tempe sebagai alternatif.
Jalan Panjang Shawarma

Shawarma adalah bukti nyata bahwa makanan bisa melintasi batas negara dan budaya. Dari Levant hingga ke jalanan New York, dari pasar Damaskus hingga festival kuliner di Jakarta, shawarma selalu punya tempat di hati para pencinta street food.
Dengan perpaduan rasa gurih, rempah yang kaya, dan fleksibilitas penyajian, shawarma terus menjadi ikon street food global. Tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menghadirkan cerita panjang tentang sejarah, migrasi, dan persatuan lewat makanan.
Jadi, lain kali kamu menggigit shawarma, ingatlah: kamu sedang mencicipi sepotong kisah dari Timur Tengah yang kini sudah menjadi milik dunia.